Coba tes, katakan pada seorang teman anda (lelaki), “Kamu seperti buaya deh!” Apa reaksinya? Marah! Ya, hampir bisa dipastikan rata-rata lelaki marah kalau disebut buaya.
Tapi coba tes lagi, “Kamu seperti singa deh!” Sangat mungkin dia bangga, karena singa itu kesannya gagah, garang, dan pemberani.
Tapi tahukah anda? Pada kenyataannya (di dunia hewan), malah terjadi sebaliknya?
“Buaya itu sangat setia pada pasangannya loh,” ujar A, tetangga kubikalku, membuka obrolan “National Geographic”-nya.
Menurutnya, buaya itu setia pada satu pasangan sampai mati. Bahkan, telurnya pun dierami secara bergiliran (induk betina dan induk jantannya).
“Tau nggak, apa yang paling ditakuti dari buaya?”
“Kebuasaannya. Gigi-giginya yang tajam!”
“Bukan!”
“Kesabarannya. Ya, kesabarannya dalam menunggu mangsa. Itu yang ‘paling menyeramkan’”
* * *
Sekarang singa. Singa itu yang jantannya kerjanya ongkang-ongkang, tiduran, nyantai. Sementara yang berburu itu betinanya. Selain itu, betinanya tidak cuma satu, melainkan banyak.
“Jadi, singa itu berpoligami tapi tidak bertanggung jawab!” ujar si A lagi.
“Hanya kalau ada jantan lain yang mencoba mengganggu salah satu betinanya saja, si jantan itu baru membelanya,” tambahnya.
[Dari seorang guide di Taman Safari Indonesia, aku mendapat tambahan fakta tentang singa, bahwa singa mampu mengawini betina, rata-rata lima ekor dalam sehari semalam!]
* * *
Aku sebenarnya tak bermaksud membandingkan antara buaya dan manusia, maupun singa dan manusia. Tapi, kalau ada yang menjuluki anda (lelaki) “gagah seperti singa,” dan anda tidak marah, sebaiknya pemikiran anda ditinjau-ulang lagi.
*) Dalam budaye Betawi, ada nyang namanye roti buaya tuh. Itu simbol kesetiaan terhadap pasangannya.
No comments:
Post a Comment